Read more: http://infosinta.blogspot.com/2012/04/cara-unik-agar-potingan-di-blog-tidak.html#ixzz2I8XvTNKR GO ON GIRL!: Mei 2013

Senin, 27 Mei 2013

CINTA DAN PERNIKAHAN


Tulisan 3


Pernikahan bukanlah peristiwa hidup tunggal, tetapi satu set tahapan dimana pasangan mencoba untuk mencapai keseimbangan antara ketergantungan dan otonomi sebagaimana mereka bernegosiasi terhadap masalah kontrol, kekuasaan, dan otoritas (Kovacs, dalam Kurdek, 1999).
Duvall (1985) menyatakan bahwa pernikahan adalah persetujuan masyarakat atas penyatuan suami dan istri dengan harapan mereka akan menerima tanggung jawab dan melakukan peran sebagai pasangan suami istri dalam kehidupan pernikahan.
Undang-Undang RI tahun 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyebutkan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (dalam Astuti, 2003).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka pernikahan disimpulkan sebagai suatu hubungan yang diawali ketika dua orang individu yang berlainan jenis saling mengucapkan janji didepan umum untuk hidup bersama sebagai suami istri dan membentuk keluarga atas keinginan dan harapan untuk menetapkan hubungan yang bahagia dan kekal sepanjang hidup berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

A.      Bagaimana memilih pasangan?
1.       Rajin Beribadah
Ini hal yang penting bagi masa depan keluarga anda. Carilah calon suami maupun istri yang taat beribadah. Mengapa? Karena selain bisa menjaga hubungan yang selalu baik karena cinta dilandaskan kepada tuhan. Anak, akan terbimbing dengan baik. Baik ibu dan bapak sama-sama memiliki peran dalam pengajaran agama yang baik dikeluarga. Agar anak ini akan menjadi generasi yang tentuny bisa membanggakan kedua orang tuanya kelak. Jadi ini salah satu yang harus diperhatikan.
2.       Tidak Matrealis
Sebenarnya Matre itu wajar, karena memang hidup dijaman sekarang yang apa-apa susah didapat menjadi kriteria yang penting. Terutama bagi seorang wanita. Mengapa ? bagaimana bisa seorang istri tampil cantik, bila suaminya tidak pernah membelikan istrinya sebuah alat rias. Dan ia pasti akan berfikir untuk masa depan anaknya nanti, jika sang calon suami tidak memiliki penghasilan. Bagaimana ia bisa merawat anak dengan baik. Tapi, tentu saja matre yang kami definisikan tadi adalah yang positif. Bukan Matre yang memfoya-foyakan uang dengan hal tidak berguna. Jika pasangan anda suka memfoya-foyakan uang dan sedikit-sedikit minta uang, anda bisa mundur untuk tidak memilihnya sebagai pasangan hidup.
3.       Sehat Jasmani maupun Rohani
Pilihlah yang dari segi fisik dan mental / jasmani dan rohani yang sehat walafiat. Pilih yang sehat, cerah, gesit, kuat, dan tidak mudah sakit. Dari segi kesuburan pun juga penting jika anda ingin punya keturunan. Jika belum yakin maka sebaiknya anda melakukan pemeriksaan kesehatan berdua saat pranikah. Perhatikan pula keluarganya apakah ada yang punya riwayat penyakit yang dapat menurun dan bisa berakibat fatal. Terkadang suatu penyakit dapat diturunkan ke anak dan atau cucu.
4.       Saling Jujur / Tidak Suka Bohong, Cinta Dan Setia
Mana ada orang yang suka dibohongi. Pilihlah pasangan yang dapat dipegang kata-katanya dan hanya akan berbohong untuk kepentingan keluarga yang positif. Jika suka bohong anda akan dibuat pusing sama pasangan anda kelak. Pasangan yang setia pada anda akan selalu mencintai anda dan akan selalu berada di samping anda ke mana pun anda pergi dan dalam kondisi apa pun. Kehidupan rumah tangga yang harmonis tentu menjadi idaman banyak pasangan. Tapi tentu saja tidak ada yang sempurna dalam suatu hubungan. Tingal anda saja memilih sikap. Agar anda tidak memunculkan pertengkaran yang berakhir dengan perceraian.
5.       Pasangan Yang Selalu Mensuport anda
Cari pasangan yang sealu membantu anda dalam mengukuhkan imej diri anda dan mendukung semangat dan menyakinkan diri anda, sebab. Itulah gunanya pasangan hidup baik itu suami maupun istri. Tanpa adanya saling suport. Hubungan suami dan istri pasti akan renggang dan bisa saja perceraian terjadi. Karena merasa saling tidak cocok.

B.      Seluk beluk hubungan dalam pernikahan
Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.

Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya.  Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk  menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku  yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelimaReal Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn.  Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.

C.      Penyesuaian dan pertumbuhan dalam pernikahan
Dalam pernikahan, masing-masing pihak pasangan mulai mengetahui baik-buruknya pribadi pasangan masing-masing, mereka bisa merasakan frekuensi dan intensitas kehidupan seksual yang mulai meningkat atau memudar. Perasaan kebosanan bisa mengahmpiri pasangan merupakan penyebab utama sejumlah besar keretakan dalam suatu hubungan atau perkawinan. Namun, antisipasi sangat penting : jika kedua belah pihak mempersiapkan diri mengahadapi hilangnya intensitas dalam kehidupan seksualnya, barangkali mereka bisa menghindari keputusan – keputusan tersebut. Tidak peduli apakah fase hubungan yang menyenangkan mulai berkembang dan justru mulai berakhirnya suatu hubungan, semuanya tergantung kemampuan masing-masing pasangan untuk menepis mitos-mitos yang ada. Pertumbuhan dalam perkawinan, bisa kadang memuncak dan menurun tidak bisa di perkirakan secara signifikan. Dalam menyesuaikan dan memahami perkawinan ada beberapa cara-cara efektif yang dapat memperbaiki keharmonisan rumah tangga agar baik kembali. Misalnya, berolahraga bersama, mengikuti memperbaiki rumah, refreshing saat waktu libur. Dengan begitu dalam perkawinan bisa saling memahami dan mengerti satu sama lain, dan dapat menghindari keretakkan rumah tangga yang tidak diinginkan

D.      Perceraian dan pernikahan kembali
Tidak semua dalam perkawinan, bisa bertahan dengan lama harus didasarkan dengan cinta karena banyak perkawinan mampu bertahan dalam rentang yang sangat lama karena faktor-faktor di luar cinta semisal anak, keuangan atau takut sendirian. Sebuah perkawinan yang menyenangkan merupakan satu tindakan penyeimbangan yang terus menerus. Konflik yang muncul dalam sebuah perkawinan merupakan tanda-tanda kesehatan sebuah perkawinan. Melalui konflik orang menguji pemahamannya terhadap diri mereka sendiri, pasangannya atau dunia luar dan mereka seringkali harus terus belajar untuk melakukannya. Maka dari itu, tidak heran bila konflik ini tidak bisa di lewati dalam sebuah perkawinan maka akan terjadi perceraian.
Perceraian yang terjadi dalam jangka dua hingga tiga tahun pertama. Kelangsungan suatu perkawinan tidak harus menunjukkan bahwa cinta harus berlangsung secara terus menerus agar perkawinan bisa bertahan lama mungkin tidak lagi di warnai birahi dan keintiman. Sebaliknya, banyak yang bercerai berkata “ kami saling mencintai, namun kami tidak dapat bersama-sama lagi”. Artinya ini menggambarkan rentang kehidupan mereka yang mulai surut. Banyak faktor yang menyebabkan perceraian, dari pengkhianatan, penolakan, sakit hati, komunikasi yang kurang, persoalan seksual, soal anak, finansial dan masih banyak lagi yang memicu perceraian. Dalam suatu hubungan jangka panjang, berakhirnya cinta yang tak bisa di perbaiki biasanya merupakan peristiwa yang terjadi manahun, bukannya secara tiba-tiba.
Dibutukan beberapa lama waktu untuk menemui konselor perkawinan sebelum suatu keadaan yang tidak bisa lagi dipertahankan masih bisa untuk diperjuangkan. Saat perceraian terjadi, dan di butuhkan beberapa waktu untuk istirahat sejenak dari permasalah yang sudah di lewati saat perkawinan tidak lagi dapat dipertahankan, tidak jarang orang-orang yang melaluinya than dengan kesendiriannya. Dan akhirnya bila ada saat yang tepat ada beberapa yang memutuskan untuk menikah kembali dan berjuang agar tidak terulang kesalahan yang sama. Dan biasanya intensitas perkawinan yang kedua ini lebih banyak kekhawatiran dan komitmen-komitmen yang lebih kuat karena masih ada rasa takut yang cukup besar saat menjalani perkawinan kembal

E.       Single life
Bagi beberapa orang yang menganggap perkawinan hanyalah sebuah komitmen yang tidak bisa di pertanggungjawabkan , dan pernikahan hanyalah selembar kertas buku nikah yang sewaktu-waktu bisa saja rusak dan lenyap di makan waktu. Orang-orang ini lebih memilih untuk single/lajang sepanjang hidupnya. Memilih berteman sebanyak-banyaknya dan membuat suatu perkumpulan/genk agar tidak merasa kesepian. Tidak di pungkiri mencintai dan menyayangi adalah kebutuhan semua orang, namun banyak yang mengartikannya tidak harus meanjutkan ke sebuah pernikahan yang sakral.
Hanya cukup saling menyayangi dan tidak ada ingin komitmen ataupun status yang akhirnya akan memberatkan bagi orang-orang yang memilih untuk hidup menyendiri tanpa memikirkan pernikahan. Mereka cenderung lebih menikmati menghabiskan waktu bersama teman, keluarga besar ataupun menyibukkan diri dengan perkerjaan mereka. Berusaha meniti karir sebaik mungkin tanpa memikirkan pernikahan. Jadi, tidak semua orang memilih untuk hidup bersama mskipun mereka saling mencintai, ada kalanya manusia berfikir bila mencintai membuat hati tidak sehat dan jiwapun tersiksa mereka lebih memilih untuk melepaskan dan bahkan ada yang memutuskan untuk sendiri sepanjang umurnya.

Sumber : 
  • Killingstone, Patrick dkk. (2008). Sex and love guide to teenagers. Jakarta : Prestasi Pustaka.
  • http://undangankipas.blogdetik.com/2013/01/05/tips-memilih-pasangan-hidup-bagi-yang-serius-ingin-menikah/ 
  • http://www.psychologymania.com/2013/01/pengertian-pernikahan.html 
  • http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/keluarga/psikologi/lima.tahap.dalam.perkawinan/001/007/140/1/1

HUBUNGAN INTERPERSONAL



Tulisan 2




Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

A.      Model-model hubungan interpersonal
1.  Model Pertukaran Sosial (social exchange model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut:
Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efekefek tidak menyenangkan.
2.  Model Peranan (role model)
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal  berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.
3. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua system terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari system terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi danpelaksanaan peranan.
1.       Model permainan (the"game people play"model)
Hubungan interpersonal sebagai ajang menampilkan salah satu aspek kepribadian individu (orang tua, dewasa, anak). Dikenal sebagai analisis transaksional.

B.      Memulai hubungan
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius
dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat.
Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.
3. Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang  tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

ΓΌ  Pembentukan kesan dan ketertarikan interpersonal dalam memulai hubungan
Ketertarikan antar pribadi: Dari Kesan Pertama Hingga Hubungan Erat
Ahli Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah ’ekspresi diri’ (self expression). Berikut didiskusikan penyebab ketetarikan, dimulai dari awal rasa suka hingga cinta berkembang dalam hubungan yang erat:
1.. Efek Kedekatan
Salah satu yang menentukan ketertarikan interpersonal adalah kedekatan (proximity, propinquity). Orang yang mempunyai kesempatan paling sering kita lihat dan kita jumpai, sangat mungkin menjadi sahabat kita atau kita cintai (Berscheid & Reis, 1998).
2. Kesamaan
Bagaimana awal berkembangnya suatu hubungan? Para peneliti membedakan adanya dua jenis situasi sosial: situasi yang tertutup (close-field situations) atau situasi yang terbuka (open-field situations) yang mendukung perkembangan hubungan. Close-field situations: situasi yang mendorong orang untuk berinteraksi satu sama lain. Misalnya, di kompleks perumahan, di tempat kerja, dsb. Open-field situations : situasi di mana orang bebas untuk merinteraksi maupun tidak, sesuai pilihan pribadi mereka. Bagaimanapun situasinya, kadang dibutuhkan hal yang dapat melumasi hubungan untuk berkembang menjadi lebih erat atau menjadi hubungan percintaan. Minyak pelumas itu adalah kesamaan, seperti kesamaan kepribadian, minat, dsb.
3. Kesukaan Timbal-balik
Kita semua merasa senang disukai. Hal ini cukup kuat menimbulkan ketertarikan, tanpa harus ada kesamaan. Kesukaan timbal-balik kadang terjadi karena self-fulfilling prophecy. Hal ini ditunjukkan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Curtis dan Miller (1986) dengan subjek mahasiswa. Partisipan dipasangkan dengan orang yang belum dikenal sebelumnya, dan selanjutnya salah satu diantaranya menerima pesan khusus: sebagian partisipan diberi pesan yang meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa pasangannya (dalam eksperimen) menyukainya, dan sebagian partisipan lainnya diberi pesan yang meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa pasangannya tidak menyukainya. Ketika kemudian pasangan tersebut diberi kesempatan untuk bertemu kembali, satu sama lain saling berbicara, hasilnya seperti yang diduga, yaitu bahwa mereka yang yakin disukai pasangannya berperilaku dengan cara yang lebih disukai pasangannya, lebih membuka diri, lebih sedikit ketidaksetujuan dalam mendiskusikan suatu isu, lebih hangat, dan lebih menyenangkan dibanding dengan individu yang berpikir dirinya tidak disukai. Akibatnya, mahasiswa yang yakin dirinya disukai menjadi jauh lebih disukai oleh pasangannya bila dibanding mahasiswa yang yakin dirinya tidak disukai.
4. Ketertarikan Fisik dan Kesukaan
Selain kedekatan (propinquity), kesamaan, dan rasa suka timbal-balik, keteratrikan juga ditentukan oleh penampilan fisik. Beberapa hal yang menjadi alasan keinginan berkencan antara lain kecerdasan, kemandirian, sensitivitas (kepekaan), atau ketulusan, namun yang paling utama adalah ketertarikan fisik. Daya tarik fisik merupakan hal yang menentukan kesan pertama baik pada laki-laki maupun perempuan. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa dibanding perempuan, laki-laki menilai daya tarik fisik lebih penting.

C.      Intimasi dan hubungan pribadi
Kebutuhan intimacy merupakan suatu kebutuhan akan hubungan dengan orang lain dan merupakan kebutuhan terdalam pada diri setiap manusia untuk mengetahui seseorang secara lebih dekat, seperti merasa dihargai, diperhatikan. Saling bertukar pendapat, keinginan untuk selalu berbagi dan menerima serta perasaan saling memiliki sehingga terjalin keterikatan yang semakin kuat dan erat.
 Faktor penyebab intimacy :
·         Keluasan : seberapa banyak aktifitas yg dilakukan bersama
·         Keterbukaan : adanya saling keterbukaan diri
·         Kedalaman : saling berbagi
Proses terbentukan intimacy :
Penerimaan  diri  ­  Saling  berinteraksi  ­  Memberi  respon  atau tanggapan – Perhatian ­Rasa percaya  ­ Kasih sayang ­ Mempunyai minat yang sama ­ Berhubungan seksual

D.      Intimasi dan pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena (1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh; (2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan; (3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia; (4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup; (5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus . Dalam hal inilah keutamaan cinta dibutuhkan.



Sumber :
o   Weiten, W. (2011). Psychology Themes and Variations. Las Vegas: Wadsworth.
o    Rakhmat, Jalaludin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.
o Widyarini, M. M. Nilam. 2009. Seri Psikologi Populer: Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta: Elex Media Komputindo.