Read more: http://infosinta.blogspot.com/2012/04/cara-unik-agar-potingan-di-blog-tidak.html#ixzz2I8XvTNKR GO ON GIRL!: Desember 2013

Selasa, 31 Desember 2013

Tugas 3 Tulisan 5 Psikologi Manajemen #

Apabila di kala saya menjadi sukses, saya akan mengatur waktu saya dengan cara :
1) Mengatur aktivitas 
Meng-evaluasi kembali aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan selama ini. Dari sekian banyak aktivitas yang ada, saya memilih mana yang perlu dilakukan, dan tidak, hingga aktivitas-aktivitas yang lebih baik dilakukan diwaktu luang.

2) Menentukan prioritas 
Setelah seleksi aktivitas, terkadang terdapat dorongan untuk melakukan banyak hal lain, misalnya:  olahraga, kumpul dengan teman-teman, ikut organisasi atau pelayanan, dan sebagainya. Jika melakukan semuanya, mungkin hasilnya tidak optimal, dan bisa jadi yang terpenting justru terabaikan. 

3) Menentukan aktivitas-aktivitas yang harus mendapat prioritas utama, dan aktivitas-aktivitas yang boleh saya lakukan, namun pada porsi yang tepat, adalah cara efektif dalam membuat rencana. 

4) Membuat rencana yang realistis 
Jika telah terdapat target yang realistis, maka saya juga perlu membuat rencana yang realistis.

5) Melaksanakan rencana secara fleksibel 
Terkadang rencana yang tersusun terganggu oleh hal-hal yang tidak terduga. Hal ini perlu diwaspadai, bukan dengan mengubah rencana karena hal-hal yang lain. Jikalau ada kegiatan di luar rencana yang harus dilakukan, maka saya mengatur waktu sehingga hal yang penting tetap dapat saya laksanakan.

6) Membuat agenda harian 
Mempunyai jadwal kegiatan harian akan sangat membantu untuk memanajemen waktu yang dimiliki, namun tidak semua orang membuat secara detil. Target jangka panjang akan tercapai jika kita mampu mendisiplin diri untuk menyelesaikan target-target harian.

Sumber: 
http://makalahpsikologi.blogspot.com/2011/10/manajemen-waktu-dan-penyelesaian-tugas.html

Senin, 30 Desember 2013

Tugas 3 Tulisan 4 Psikologi Manajemen#



Motivasi


-        Pengertian Motivasi
Motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat.

-        Teori Drive Reinforcement & Implikasi Praktisnya
      Teori ini mempunyai dua aturan pokok : aturan pokok yang berhubungan dengan perolehan jawaban –jawaban yang benar dan aturan pokok lain yang berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah. Pengukuran dapat terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang didinginkan) atau negatif (menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang didinginkan telah diberikan), tetapi organisme harus membuat antara aksi atau tindakannya dengan sebab akibat.
Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonke dan De Vries tentang bagaimana manajemen dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
1)   Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2)   Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
3)   Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja jika jawaban yang benar terjadi
4)   Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan
5)   Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan kejadiannya.

Contoh implikasi praktisnya :
Misalkan seorang kuli panggul di pasar tradisional, jika ia dapat mengangkut/mengirim 5 ton buah pada tiap 5 karung maka akan diberikan 2 kg buah segar oleh pemilik toko buah tersebut, Drive-Reinforcement nya berbentuk reward berupa materi yang diberikan pemilik toko kepada pekerjanya (kuli panggul).

-        Teori Harapan & Implikasi Praktisnya
      Teori pengharapan berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu , dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut.
      Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik (Victor Vroom dalam Robbin 2003:229)
Karena ego manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik saja, daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan diperolehnya pada masa depan (Hasibuan 2001:165).
      Apabila harapan dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya. Sebaliknya jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjdadi malas.
Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting, yaitu
1.      Harapan (expentancy) 
Harapan adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena prilaku. Harapan merupakan propabilitas yang memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang berarti kepastian
2.      Nilai (Valence) 
Nilai adalah akibat dari prilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu tertentu
3.      Pertautan (Inatrumentality) 
Pertautan adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat ke dua. Vroom mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa tercapainya tingkat ke dua adalah pasti tanpa hasis tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil tingkat pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.
 
Contoh implikasi praktisnya:
Kasus PHK.
      Dari sudut pandang Expectancy Theory, para pekerja tidak termotivasi untuk bekerja keras karena tidak adanya hubungan antara prestasi kerja dengan penghasilan. Persepsi mereka adalah bahwa kerja keras tidak akan memberikan mereka penghasilan yang diharapkan. Malahan, dengan adanya PHK, mereka memiliki persepsi bahwa walaupun telah bekerja keras, kadang-kadang mereka malah mendatangkan hasil yang tidak diinginkan, misalnya PHK. Konsisten dengan teori ini, para pekerja pun menunjukkan motivasi yang rendah dalam melakukan pekerjannya.
• Rekomendasi: Kaitkan penghasilan dengan prestasi. Sesuai dengan Expectancy Theory (Vroom, dalam Donovan, 2001), tiga hal akan direkomendasikan untuk perusahaan dalam Contoh Kasus:
» Tingkatkan Expectancy: Para pekerja perlu merasa bahwa mereka mampu mencapai prestasi yang tinggi. Jika perlu, perusahaan perlu memberikan pelatihan untuk memastikan bahwa para karyawan memang memiliki keahlian yang dituntut oleh masing-masing pekerjaannya.
» Tingkatkan Instrumentality: Ciptakan reward system yang terkait dengan prestasi. Misalnya, selain gaji pokok, tim yang berhasil mencapai targetnya secara konsisten akan mendapatkan bonus. Dengan cara ini, para karyawan mengetahui bahwa prestasi yang lebih baik memang benar akan mendatangkan penghasilan yang lebih baik pula.
» Tingkatkan Valence: Karena masing-masing individu memiliki penilaian yang berbeda, sangatlah sulit bagi perusahaan untuk merancang reward system yang memiliki nilai tinggi bagi setiap individu karyawan. Salah satu cara mengatasi hal ini adalah dengan memberikan poin bonus yang bisa ditukarkan dengan berbagai jenis hal sesuai kebutuhan individu, misalnya poin bonus bisa ditukarkan dengan hari cuti, uang, kupon makan, dsb. Konsekuensi dari program ini adalah perusahaan harus menerapkan sistem pencatatan yang rapi untuk memastikan bahwa masing-masing karyawan mendapatkan poin bonus secara adil.

-        Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Kebutuhan dasar Maslow  adalah sebagai berikut: 
1. Kebutuhan Fisiologis
      Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
       2. Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman. 
3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki 
4.  Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga. 
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.

-        Kebutuhan yang Relevan dengan Perilaku dalam Organisasi
Definisi tentang prilaku organisasi selalu titik awal pemberangkatannya dimulai dari prilaku manusia pada aspek-aspek psikologi dari tingkah laku individu. Seperti yang dijelaskan oleh Duncan, antara lain:
  1. studi perilaku organisasi termasuk bagian –bagian yang relevan dari semua ilmu tingkah laku yang berusaha menjelaskan tindakan –tindakan manusia dalam organisasi.
  2. perilaku organisasi mengenal bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan diatur dan siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya.
  3. perilaku organisasi masih memusatkan pada kebutuhan untuk menjamin bahwa keseluruhan tugas pekerjaan bisa dijalankan.
Larry L.Cummings, menekankan bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir, suatu cara untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil-hasil penemuan dan tindakan-tindakan pemecahan.
Perilaku organisasi dapat dirumuskan sebagai suatu sistem studi dari sifat organisasi seperti : bagaimana organisasi dimulai, tumbuh, berkembang, dan bagaimana pengaruhnya terhadap anggota-anggota sebagai individu, kelompok-kelompok pemilih, organisasi-organisasi, dan institusi-institusi yang lebih besar.

Sumber:
-      Zurnali, Cut. (2004). Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Terhadap Perilaku Produktif Karyawan Divisi Long Distance PT Telkom Tbk. Tesis, Unpad: Bandung. 
-        Sunyoto Munandar, Ashar. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia. 
-        Sihotang. A. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Pradnya Paramita. 
-        P.Siagian, Sondang. (1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Citra.  
-      http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow/