Read more: http://infosinta.blogspot.com/2012/04/cara-unik-agar-potingan-di-blog-tidak.html#ixzz2I8XvTNKR GO ON GIRL!: Juni 2013

Jumat, 28 Juni 2013

Tulisan 4


Tulisan 4


Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan Personal


A. Pengertian dan konsep penyesuaian diri

Pengertian penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain.

Konsep Penyesuaian Diri

Menurut Schneiders (1964), proses penyesuaian diri setidaknya melibatkan tiga unsur, yaitu:

a.        Motivasi : Faktor motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses penyesuaian diri. Motivasi, sama halnya dengan kebutuhan, perasaan, dan emosi merupakan kekuatan internal yang menyebabkan ketegangan dan ketidakseimbangan dalam organisme. 

b.       Sikap terhadap realitas: Berbagai aspek penyesuaian diri ditentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi terhadap manusia disekitarnya, benda-benda, dan hubungan-hubungan yang membentuk realitas.

c.        Pola dasar penyesuaian diri : terdapat suatu pola dasar penyesuaian diri dalam penyesuaian diri individu sehari-hari. Individu berusaha mencari kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan yang ditimbulkan sebagai akibat tidak terpenuhi atau terhambatnya kebutuhan individu.

B. Pengertian pertumbuhan personal, meliputi:

Pertumbuhan Pribadi manusia adalah suatu proses organis dan bukan suatu proses mekanis. Kita tidak lagi berbicara tentang membangun, melainkan tentang mengasuh, tidak lagi tentang melekatkan dasar-dasar melainkan tentang menumbuhkan akar-akar, tidak lagi menanamkan melainkan menstimulasi dan menjawab kebutuhan-kebutuhan secara baik.

1.      Penekanan pertumbuhan diridalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap.

2.      Variasi dalam pertumbuhan : tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.

3.      Kondisi-kondisi untuk bertumbuh : aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen.




Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.

Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.


A. Model-model hubungan interpersonal
1. Model Pertukaran Sosial (social exchange model) 
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”. 
2. Model Peranan (role model)
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal  berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya. 
3. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua system terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari system terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi danpelaksanaan peranan. 
4. Model permainan (the"game people play"model)
Hubungan interpersonal sebagai ajang menampilkan salah satu aspek kepribadian individu (orang tua, dewasa, anak). Dikenal sebagai analisis transaksional.
B. Memulai hubungan

Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:

1.       Pembentukan

Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.

2.       Peneguhan Hubungan

Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat.

3.       Pemutusan Hubungan

Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:

a.   Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.

b.   Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang  tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.

c.    Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.

d.   Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.

e.   Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.



C. Intimasi dan hubungan pribadi

  Kebututuhan intimacy merupakan suatu kebutuhan akan hubungan dengan orang lain dan merupakan kebutuhan terdalam pada diri setiap manusia untuk mengetahui seseorang secara lebih dekat, seperti merasa dihargai, diperhatikan. Saling bertukar pendapat, keinginan untuk selalu berbagi dan menerima serta perasaan saling memiliki sehingga terjalin keterikatan yang semakin kuat dan erat. Faktor penyebab intimacy ada 3, yaitu keluasan, keterbukaan  dan kedalaman.
       

D. Intimasi dan pertumbuhan

        Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.

        Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya.




Cinta dan Pernikahan

A. Bagaimana memilih pasangan?

1.  Rajin Beribadah, Ini hal yang penting bagi masa depan keluarga anda. Carilah calon suami maupun istri yang taat beribadah. Mengapa? Karena selain bisa menjaga hubungan yang selalu baik karena cinta dilandaskan kepada tuhan.

2.    Tidak Matrealis

3.   Sehat Jasmani maupun Rohani, Pilihlah yang dari segi fisik dan mental / jasmani dan rohani yang sehat walafiat. Pilih yang sehat, cerah, gesit, kuat, dan tidak mudah sakit. Dari segi kesuburan pun juga penting jika anda ingin punya keturunan.

4.  Saling Jujur / Tidak Suka Bohong, Cinta Dan Setia, Pilihlah pasangan yang dapat dipegang kata-katanya dan hanya akan berbohong untuk kepentingan keluarga yang positif. Pasangan yang setia pada anda akan selalu mencintai anda dan akan selalu berada di samping anda ke mana pun anda pergi dan dalam kondisi apa pun

5.  Pasangan Yang Selalu Mensupport anda, Cari pasangan yang sealu membantu anda dalam mengukuhkan imej diri anda dan mendukung semangat dan menyakinkan diri anda, sebab. Itulah gunanya pasangan hidup baik itu suami maupun istri.

B. Seluk beluk hubungan dalam pernikahan

Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.

Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal hubungan dengan pasangannya.  Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.

Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk  menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi.

Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku  yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi.

Tahap kelimaReal Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn.  Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.

C. Penyesuaian dan pertumbuhan dalam pernikahan

Dalam pernikahan, masing-masing pihak pasangan mulai mengetahui baik-buruknya pribadi pasangan masing-masing, mereka bisa merasakan frekuensi dan intensitas kehidupan seksual yang mulai meningkat atau memudar. Perasaan kebosanan bisa mengahmpiri pasangan merupakan penyebab utama sejumlah besar keretakan dalam suatu hubungan atau perkawinan. Namun, antisipasi sangat penting : jika kedua belah pihak mempersiapkan diri mengahadapi hilangnya intensitas dalam kehidupan seksualnya, barangkali mereka bisa menghindari keputusan – keputusan tersebut. Dalam menyesuaikan dan memahami perkawinan ada beberapa cara-cara efektif yang dapat memperbaiki keharmonisan rumah tangga agar baik kembali. Misalnya, berolahraga bersama, mengikuti memperbaiki rumah, refreshing saat waktu libur. Dengan begitu dalam perkawinan bisa saling memahami dan mengerti satu sama lain, dan dapat menghindari keretakkan rumah tangga yang tidak diinginkan

D. Perceraian dan pernikahan kembali

        Tidak semua dalam perkawinan, bisa bertahan dengan lama harus didasarkan dengan cinta karena banyak perkawinan mampu bertahan dalam rentang yang sangat lama karena faktor-faktor di luar cinta semisal anak, keuangan atau takut sendirian. Sebuah perkawinan yang menyenangkan merupakan satu tindakan penyeimbangan yang terus menerus. Konflik yang muncul dalam sebuah perkawinan merupakan tanda-tanda kesehatan sebuah perkawinan. Melalui konflik orang menguji pemahamannya terhadap diri mereka sendiri, pasangannya atau dunia luar dan mereka seringkali harus terus belajar untuk melakukannya. Maka dari itu, tidak heran bila konflik ini tidak bisa di lewati dalam sebuah perkawinan maka akan terjadi perceraian.

        Dibutuhkan beberapa lama waktu untuk menemui konselor perkawinan sebelum suatu keadaan yang tidak bisa lagi dipertahankan masih bisa untuk diperjuangkan. Saat perceraian terjadi, dan di butuhkan beberapa waktu untuk istirahat sejenak dari permasalah yang sudah di lewati saat perkawinan tidak lagi dapat dipertahankan, tidak jarang orang-orang yang melaluinya than dengan kesendiriannya. Dan akhirnya bila ada saat yang tepat ada beberapa yang memutuskan untuk menikah kembali dan berjuang agar tidak terulang kesalahan yang sama. Dan biasanya intensitas perkawinan yang kedua ini lebih banyak kekhawatiran dan komitmen-komitmen yang lebih kuat karena masih ada rasa takut yang cukup besar saat menjalani perkawinan kembali.

E.  Single life

        Bagi beberapa orang yang menganggap perkawinan hanyalah sebuah komitmen yang tidak bisa di pertanggungjawabkan , dan pernikahan hanyalah selembar kertas buku nikah yang sewaktu-waktu bisa saja rusak dan lenyap di makan waktu. Orang-orang ini lebih memilih untuk single/lajang sepanjang hidupnya. Memilih berteman sebanyak-banyaknya dan membuat suatu perkumpulan/genk agar tidak merasa kesepian. Tidak di pungkiri mencintai dan menyayangi adalah kebutuhan semua orang, namun banyak yang mengartikannya tidak harus meanjutkan ke sebuah pernikahan yang sakral.

      Hanya cukup saling menyayangi dan tidak ada ingin komitmen ataupun status yang akhirnya akan memberatkan bagi orang-orang yang memilih untuk hidup menyendiri tanpa memikirkan pernikahan. Mereka cenderung lebih menikmati menghabiskan waktu bersama teman, keluarga besar ataupun menyibukkan diri dengan perkerjaan mereka. Berusaha meniti karir sebaik mungkin tanpa memikirkan pernikahan. Jadi, tidak semua orang memilih untuk hidup bersama mskipun mereka saling mencintai, ada kalanya manusia berfikir bila mencintai membuat hati tidak sehat dan jiwapun tersiksa mereka lebih memilih untuk melepaskan dan bahkan ada yang memutuskan untuk sendiri sepanjang umurnya.


Sumber :
-   Chaplin,J.P. (a.b. Kartini Kartono). (2001).  Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
-   Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston.
-   Basuki,Heru.(2008).Psikologi Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma
-   Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
-   Weiten, W. (2011). Psychology Themes and Variations. Las Vegas: Wadsworth.
-   Rakhmat, Jalaludin. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.
-  Widyarini, M. M. Nilam. (2009). Seri Psikologi Populer: Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta: Elex Media Komputindo.
-   Killingstone, Patrick dkk. (2008). Sex and love guide to teenagers. Jakarta : Prestasi Pustaka.
-  http://undangankipas.blogdetik.com/2013/01/05/tips-memilih-pasangan-hidup-bagi-yang-serius-ingin-menikah/
-  http://www.psychologymania.com/2013/01/pengertian-pernikahan.html
-  http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/keluarga/psikologi/lima.tahap.dalam.perkawinan/001/007/140/1/1