Tulisan 4
Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan Personal
A. Pengertian dan konsep penyesuaian diri
Pengertian
penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal
lingkungan yang baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian
diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan
kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun
dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai
interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang
lain, dan dengan dunia individu. Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga
faktor tersebut secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut
bersifat timbal balik mengingat individu secara konstan juga mempengaruhi kedua
faktor lain.
Konsep Penyesuaian Diri
Menurut
Schneiders (1964), proses penyesuaian diri setidaknya melibatkan tiga unsur,
yaitu:
a.
Motivasi : Faktor motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk
memahami proses penyesuaian diri. Motivasi, sama halnya dengan kebutuhan,
perasaan, dan emosi merupakan kekuatan internal yang menyebabkan ketegangan dan
ketidakseimbangan dalam organisme.
b.
Sikap terhadap realitas: Berbagai aspek penyesuaian diri
ditentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi terhadap manusia disekitarnya,
benda-benda, dan hubungan-hubungan yang membentuk realitas.
c.
Pola dasar penyesuaian diri : terdapat suatu pola dasar
penyesuaian diri dalam penyesuaian diri individu sehari-hari. Individu berusaha
mencari kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan yang ditimbulkan sebagai
akibat tidak terpenuhi atau terhambatnya kebutuhan individu.
B. Pengertian
pertumbuhan personal, meliputi:
Pertumbuhan
Pribadi manusia adalah suatu proses organis dan bukan suatu proses mekanis.
Kita tidak lagi berbicara tentang membangun, melainkan tentang mengasuh, tidak
lagi tentang melekatkan dasar-dasar melainkan tentang menumbuhkan akar-akar,
tidak lagi menanamkan melainkan menstimulasi dan menjawab kebutuhan-kebutuhan
secara baik.
1. Penekanan pertumbuhan diridalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat pada waktu yang normal. Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh
Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis,
perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai
keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara
bertahap.
2. Variasi dalam pertumbuhan : tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian
diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan
tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
3. Kondisi-kondisi untuk bertumbuh : aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan
susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi
yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen.
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal
adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi
pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita
berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga
menentukan relationship.
Dari segi psikologi
komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin
terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang
orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang
berlangsung diantara komunikan.
A. Model-model hubungan interpersonal
1. Model Pertukaran Sosial (social exchange model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai
suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault
dan Kelley, dua orang
pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis
kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam
hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari
segi ganjaran dan biaya”.
2. Model Peranan (role model)
Model peranan menganggap hubungan interpersonal
sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya
sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan
interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan
peranannya.
3. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai
suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan
medan. Semua system terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan
bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai
kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium
dari system terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan
interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi
danpelaksanaan peranan.
4. Model permainan (the"game people play"model)
Hubungan interpersonal sebagai ajang menampilkan
salah satu aspek kepribadian individu (orang tua, dewasa, anak). Dikenal
sebagai analisis transaksional.
B.
Memulai hubungan
Adapun tahap-tahap untuk menjalin
hubungan interpersonal, yaitu:
1.
Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan
tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses
perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha
kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing
pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain.
bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri.
Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan,
tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
2.
Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah
bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh
hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk
mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c)respon yang tepat; dan d)
nada emosional yang tepat.
3.
Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans,
setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan,
yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu
dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang
tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang
ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
C.
Intimasi dan hubungan
pribadi
Kebututuhan intimacy merupakan suatu kebutuhan akan hubungan dengan orang lain dan merupakan kebutuhan terdalam pada diri setiap manusia untuk mengetahui seseorang secara lebih dekat, seperti merasa dihargai, diperhatikan. Saling bertukar pendapat, keinginan untuk selalu berbagi dan menerima serta perasaan saling memiliki sehingga terjalin keterikatan yang semakin kuat dan erat. Faktor penyebab intimacy ada 3, yaitu keluasan, keterbukaan dan kedalaman.
Kebututuhan intimacy merupakan suatu kebutuhan akan hubungan dengan orang lain dan merupakan kebutuhan terdalam pada diri setiap manusia untuk mengetahui seseorang secara lebih dekat, seperti merasa dihargai, diperhatikan. Saling bertukar pendapat, keinginan untuk selalu berbagi dan menerima serta perasaan saling memiliki sehingga terjalin keterikatan yang semakin kuat dan erat. Faktor penyebab intimacy ada 3, yaitu keluasan, keterbukaan dan kedalaman.
D.
Intimasi dan pertumbuhan
Apapun
alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah
cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti
proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah
kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita
kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun
menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan
kita.
Keinginan
setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati,
dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi
tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan
dan dukungan ada didalamnya.
Cinta dan Pernikahan
A. Bagaimana memilih pasangan?
1. Rajin Beribadah, Ini hal yang
penting bagi masa depan keluarga anda. Carilah calon suami maupun istri yang
taat beribadah. Mengapa? Karena selain bisa menjaga hubungan yang selalu baik
karena cinta dilandaskan kepada tuhan.
2. Tidak Matrealis
3. Sehat Jasmani maupun Rohani,
Pilihlah yang dari segi fisik dan mental / jasmani dan rohani yang sehat
walafiat. Pilih yang sehat, cerah, gesit, kuat, dan tidak mudah sakit. Dari
segi kesuburan pun juga penting jika anda ingin punya keturunan.
4. Saling Jujur / Tidak Suka Bohong, Cinta Dan Setia, Pilihlah pasangan yang dapat dipegang
kata-katanya dan hanya akan berbohong untuk kepentingan keluarga yang positif.
Pasangan yang setia pada anda akan selalu mencintai anda dan akan selalu berada
di samping anda ke mana pun anda pergi dan dalam kondisi apa pun
5. Pasangan Yang Selalu Mensupport anda, Cari pasangan yang sealu membantu anda dalam mengukuhkan imej
diri anda dan mendukung semangat dan menyakinkan diri anda, sebab. Itulah
gunanya pasangan hidup baik itu suami maupun istri.
B. Seluk beluk hubungan dalam pernikahan
Tahap pertama : Romantic
Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang
menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan
pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis
dan penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment
or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap
saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha
menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan
yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak
dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan,
anak atau hal hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini
memilih berpisah dengan pasangannya.
Tahap ketiga : Knowledge
and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai
pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya.
Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan
pernikahan itu terjadi.
Tahap keempat: Transformation.
Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati
pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi
pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang
menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi.
Tahap kelima: Real
Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan,
keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn.
Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami
istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami
dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang
menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua
memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan
sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
C. Penyesuaian dan pertumbuhan dalam pernikahan
Dalam
pernikahan, masing-masing pihak pasangan mulai mengetahui baik-buruknya pribadi
pasangan masing-masing, mereka bisa merasakan frekuensi dan intensitas
kehidupan seksual yang mulai meningkat atau memudar. Perasaan kebosanan bisa
mengahmpiri pasangan merupakan penyebab utama sejumlah besar keretakan dalam
suatu hubungan atau perkawinan. Namun, antisipasi sangat penting : jika kedua
belah pihak mempersiapkan diri mengahadapi hilangnya intensitas dalam kehidupan
seksualnya, barangkali mereka bisa menghindari keputusan – keputusan tersebut. Dalam
menyesuaikan dan memahami perkawinan ada beberapa cara-cara efektif yang dapat
memperbaiki keharmonisan rumah tangga agar baik kembali. Misalnya, berolahraga
bersama, mengikuti memperbaiki rumah, refreshing saat waktu libur. Dengan
begitu dalam perkawinan bisa saling memahami dan mengerti satu sama lain, dan
dapat menghindari keretakkan rumah tangga yang tidak diinginkan
D. Perceraian dan pernikahan kembali
Tidak semua dalam perkawinan, bisa
bertahan dengan lama harus didasarkan dengan cinta karena banyak perkawinan
mampu bertahan dalam rentang yang sangat lama karena faktor-faktor di luar
cinta semisal anak, keuangan atau takut sendirian. Sebuah perkawinan yang
menyenangkan merupakan satu tindakan penyeimbangan yang terus menerus. Konflik
yang muncul dalam sebuah perkawinan merupakan tanda-tanda kesehatan sebuah
perkawinan. Melalui konflik orang menguji pemahamannya terhadap diri mereka
sendiri, pasangannya atau dunia luar dan mereka seringkali harus terus belajar
untuk melakukannya. Maka dari itu, tidak heran bila konflik ini tidak bisa di
lewati dalam sebuah perkawinan maka akan terjadi perceraian.
Dibutuhkan beberapa lama waktu untuk
menemui konselor perkawinan sebelum suatu keadaan yang tidak bisa lagi
dipertahankan masih bisa untuk diperjuangkan. Saat perceraian terjadi, dan di
butuhkan beberapa waktu untuk istirahat sejenak dari permasalah yang sudah di
lewati saat perkawinan tidak lagi dapat dipertahankan, tidak jarang orang-orang
yang melaluinya than dengan kesendiriannya. Dan akhirnya bila ada saat yang
tepat ada beberapa yang memutuskan untuk menikah kembali dan berjuang agar
tidak terulang kesalahan yang sama. Dan biasanya intensitas perkawinan yang
kedua ini lebih banyak kekhawatiran dan komitmen-komitmen yang lebih kuat
karena masih ada rasa takut yang cukup besar saat menjalani perkawinan kembali.
E. Single life
Bagi beberapa orang yang menganggap
perkawinan hanyalah sebuah komitmen yang tidak bisa di pertanggungjawabkan ,
dan pernikahan hanyalah selembar kertas buku nikah yang sewaktu-waktu bisa saja
rusak dan lenyap di makan waktu. Orang-orang ini lebih memilih untuk
single/lajang sepanjang hidupnya. Memilih berteman sebanyak-banyaknya dan
membuat suatu perkumpulan/genk agar tidak merasa kesepian. Tidak di pungkiri
mencintai dan menyayangi adalah kebutuhan semua orang, namun banyak yang mengartikannya
tidak harus meanjutkan ke sebuah pernikahan yang sakral.
Hanya cukup
saling menyayangi dan tidak ada ingin komitmen ataupun status yang akhirnya
akan memberatkan bagi orang-orang yang memilih untuk hidup menyendiri tanpa
memikirkan pernikahan. Mereka cenderung lebih menikmati menghabiskan waktu
bersama teman, keluarga besar ataupun menyibukkan diri dengan perkerjaan
mereka. Berusaha meniti karir sebaik mungkin tanpa memikirkan pernikahan. Jadi,
tidak semua orang memilih untuk hidup bersama mskipun mereka saling mencintai,
ada kalanya manusia berfikir bila mencintai membuat hati tidak sehat dan
jiwapun tersiksa mereka lebih memilih untuk melepaskan dan bahkan ada yang
memutuskan untuk sendiri sepanjang umurnya.
Sumber :
- Chaplin,J.P. (a.b. Kartini Kartono). (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
- Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston.
- Basuki,Heru.(2008).Psikologi Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma
- Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
- Weiten, W. (2011). Psychology Themes and Variations. Las Vegas: Wadsworth.
- Rakhmat, Jalaludin. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.
- Widyarini, M. M. Nilam. (2009). Seri Psikologi Populer: Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta: Elex Media Komputindo.
- Killingstone, Patrick dkk. (2008). Sex and love guide to teenagers. Jakarta : Prestasi Pustaka.
- http://undangankipas.blogdetik.com/2013/01/05/tips-memilih-pasangan-hidup-bagi-yang-serius-ingin-menikah/
- http://www.psychologymania.com/2013/01/pengertian-pernikahan.html
- http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/keluarga/psikologi/lima.tahap.dalam.perkawinan/001/007/140/1/1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar