1. Teori Kepribadian Sehat
Dibawah ini adalah pandangan beberapa
tokoh psikologi mengenai konsep manusia sehat dan sehat mental.
A. Allport
Karakteristik
Kepribadian yang Sehat Menurut Allport
a. Memiliki kebutuhan yang terus
menerus dan bervariasi serta menyukai tantangan-tatangan baru.
b. Tidak menyukai hal-hal yang rutin
dan mencari pengalaman-pengalaman baru.
c. Mengambil risiko, berspekulasidan
menyelidiki hal-hal baru.
d. Aktivitas yang menghasilkan
ketegangan.
e. Melalui tantangan dan pengalaman
baru manusia dapat bertumbuh dan berkembang.
f. Pribadi sehat berfungsi secara sadar
dan menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing dan dapat mengontrol
kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
g. Pribadi yang matang tidak dikontrol
oleh traumadan konflik mas kanak-kanak.
h. Kebahagiaanbukan suatu tujuan hidup
melainkan hasil dari keberhasilan integrasi kepribadian dalam mengejar
inspirasi dan tujuan hidupnya.
i. Kepribadian yang sehat “prinsip
penguasaan dan kemampuan” Principle of mastery and competency.
j. Proprium “Self” =
Setiap pribadu memiliki keunikan masing-masing.
Bagaimana Kepribadian
yang Sehat??
a) Perluasan Perasaan
Diri.
Orang yang matang adalah mereka yang
mengembangakan perhatian di luar dirinya. Tidak hanya sekedar berinteraksi
dengan sesuatu di luar dirinya, namun ia akan berpartisipasi penuh dan total ”
partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang
penting dari usaha manusia ”.
Aktivitas yang dimaksud oleh Allpport
adalah yang relevan bagi diri, meningkatkan kemampuan, dan membuat kita enjoy
melakukannya. Kesehatan psikologis seseorang berbanding lurus dengan peranannya
terhadap aktivitas yang dilakukkan.
b) Hubungan Diri yang
Hangat dengan Orang Lain
Orang yang sehat secara psikologis
mampu memperlihatkan cinta terhadap orang tua, teman, dan anak . Terdapat
perbedaan antara cinta orang yang neurosis dan cinta dari pribadi yang sehat.
Orang yang neurosis harus menerima cinta lebih banyak daripada kemampuan mereka
untuk memberinya, dan syarat akan kewajiban. Sedangkan cinta dari pribadi yang
sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, sabar terhadap tingkah laku orang
lain, serta tidak mengadili atau menghukumnya
c) Keamanan Emosional
Kepribadian yang sehat mampu menerima
semua segi yang terdapat pada mereka, termasuk segala kelemahan dan kekurangan
tanpa menyerah secara pasif. Orang yang sehat mampu hidup dengan segi lain
dalam kodratnya, dengan memilki sedikit konflik, baik dengan diri sendiri
terlebih dengan masyarakat. Kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi –
memosi manusia; bukan tawanan dari rasa emosinya. Mereka juga mampu mengontrol
emosi, sehingga tidak mengganggu aktivitas antar pribadi. Kualitas lain dari
keamana emosional adalah ” sabar terhadap kekecewaan ”. Orang yang sehat akan
sabar dalam menghadapi kemunduran, tidak menyerah pada kekecewaan, melainkan
mampu memikirkan jalan keluar untuk mencapai tujuan.
d) Persepsi realistis
Orang yang sehat memandang dunia mereka
secara objektif. Mereka tidak memepercaai bahwa orang di luar dirinya dan
lingkungan bersikap kurang bersahabat atau semuanya baik menurut prasangka
pribadi terhadap realitas
e) Keterampilan dan
Tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan
menunjukkan keterampilan dan bakat tertentu. Menurt Allport orang yang sehat
tidak akan tidak mengarahkan keterampilan pada pekerjaan. Komitmen pada orang
sehat begitu kuat sehingga mengantarkan mereka pada kesanggupan menenggelamkan
semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan ketika terbenam dalam
pekerjaan
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan
arti dan perasaan kontinuitas hidup. Kematangan dan kesehatan psikologis tidak
akan tercapai tanpa melakaukan aktivitas yang penting dan melakukannya dengan
penuh dedikasi, komitmen, dan keterampilan – keterampilan.
f) Pemahaman Diri
Usaha untuk memahami diri secara
obyektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti, tetapi ada
kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification)
tertentu yang berguna dalam setiap usia. Tentunya kepribadian yang sehat akan
mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang
yang neurotis.
Orang yang memiliki tingkat pemahaman
diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan
kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Biasanya orang
seperti ini akan diterima dengan lebih baik oleh orang lain. Allport mengatakan
bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas
daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
g) Filsafat Hidup
yang Mempersatukan
Orang yang sehat tentunya akan melihat
ke depan, yang didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang.
Menurut Allport, dorongan yang mempersatukan adalah arah (directness), dan
lebih terlihat pada kepribadian yang sehat daripada orang yang neorotis. Arah
akan membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan serta
memberikan seseorang alasan untuk hidup.
Kerangka untuk tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Menurut Allport nilai-nilai sangat penting bagi perkembangan suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Allport berpendapat bahwa, terdapat perbedaan antara suara hati yang matang dan suara hati yang tida matang atau neurotis. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab terhadao diri sendiri dan kepada orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis, sedangkan suara hati yang tidak matang sama seperti sura hati kanak-kanak yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan dan larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak kedalam masa dewasa.
Kerangka untuk tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Menurut Allport nilai-nilai sangat penting bagi perkembangan suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Allport berpendapat bahwa, terdapat perbedaan antara suara hati yang matang dan suara hati yang tida matang atau neurotis. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab terhadao diri sendiri dan kepada orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis, sedangkan suara hati yang tidak matang sama seperti sura hati kanak-kanak yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan dan larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak kedalam masa dewasa.
B. Carl Rogers
Orang yang sehat menurut Rogers adalah
orang yang bisa mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi diri
terjadi berkesinambungan, tidak statis. Aktualisasi diri adalah suatu proses
yang sulit dan terkadang menyakitkan. Berkembangnya konsep diri yang sehat
tergantung dari pengalaman masa kecil anak akan pnerimaan dan cinta kasih
(ibu).
C. Erich Fromm
Fromm melihat kepribadian hanya sebagai
suatu produk kebudayaan. Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa harus di
definisikan menurut bagaimna baik nya masyarakat menyesuaikan diri dengan
kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana baiknya
individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Karena itu kesehatan
psikologis tidak begitu banyak merupakan usaha masyarakat. Faktor kunci ialah
bagaimana suatu masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan manusia.
· Kepribadian Produktif menurut Fromm:
1) Cinta yang produktif,
Karena cinta yang produktif menyangkut
empat sifat yang menantang perhatian, tanggung jawab, respek dan pengetahuan.
Mencintai orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam pengertian memelihara
mereka), sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, dan membantu
pertumbuhan dan perkembangan mereka. Hal ini berarti memikul tanggung jawab
untuk orang-orang lain, dalam pengertian mau mendengarkan kebutuhan-kebutuhan
mereka juga orang-orang yang dicintai dipandang dengan respek dan menerima
individualitas mereka, mereka dicintai menurut siapa dan apa adanya. Dan untuk
menghormati mereka, kita harus memiliki pengetahuan penuh terhadap mereka, kita
harus memahami mereka siapa dan apa secara objektif.
2) Pikiran yang produktif,
Pikiran yang produktif meliputi
kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir produktif didorong oleh
perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi
olehnya dan memperhatikannya. Fromm percaya bahwa semua penemuan dan wawasan
yang hebat melibatkan pikiran objektif, dimana pemikir-pemikir didorong oleh
ketelitian, dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh masalah.
3) Kebahagiaan,
Orang-orang yang produktif ialah
orang-orang yang berbahagia. Fromm menulis bahwa suatu perasaan kebahagian
merupakan bukti bagaimana berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”.
Kebahagiaan merupakan prestasi (kita) yang paling hebat. Fromm membedakan dua
tipe suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
4) Suara hati.
Suara hati otoriter adalah penguasa
dari luar yang diinternalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu.
Penguasa itu dapat berupa orang tua, Negara, atau suara kelompok lainnya yang
mengatur tingkah laku melalui ketakutan orang itu terhadap hukuman karena
melanggar kode moral dari penguasa. Suara hati humanistis ialah suara dari diri
dan bukan dari suatu perantara dari luar. Pedoman kepribadian sehat untuk
tingkah laku bersifat internal dan individual. Orang bertingkah laku sesuai
dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya dan menyingkap seluruh
kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan rasa persetujuan dan
kebahagiaan dari dalam. Jadi, kepribadian yang sehat dan produktif memimpin dan
mengatur diri sendiri.
D. Abraham Maslow
Ciri-ciri pribadi
yang sehat menurut Abraham maslow:
1. Menerima realitas
secara tepat
Orang-orang yang sangat sehat mengamati
objek-objek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif, teliti
terhadap arang lain, mampu menemukan denagn cepat penipuan dan ketidakjujuran.
Mereka bersandar semata-mata pada keputusan dan persepsi mereka sendiri serta
tidak terdapat pandangan-pandangan yang berat sebelah atau prasangka-prasangka.
Kepribadian-kepribadian yang tidak
sehat mengamati dunia menurut ukuran-ukuran subyektif mereka sendiri, memaksa
dunia untuk mencocokannya dengan bentuk ketakutan-ketakutan,
kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai. Semakin objektif kita mampu menggambarkan
kenyataan, maka semakin baik kemampuan kita untuk berpikir secara logis, untuyk
mencapai kesimpulan-kesimpulan yang tepat, dan pada umumnya untuk menjadi
efisien secara intelektual.
2. Menerima diri dan
orang lain apa adanya
Orang-orang yang mengaktualisasikan
diri menerima diri mereka. Kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka
tanpa keluhan atas kesusahan. Sesungguhnya, mereka tidak terlampau banayk
memikirkannya. Meskipun individu-individu yang sangat sehat ini memiliki
kelemahan–kelemahan atau cacat-cacat, tetapi mereka tidak merasa malu atau
merasa bersalah terhadap hal-hal tersebut. Karena orang-orang sehat ini begitu
menerima kodrat mereka, maka mereka tidak harus mengubah atau memlsukan diri
mereka. Mereka santai dan puas denagn diri mereka dan penerimaan ini berlaku
bagi semua tingkat kehidupan.
Sebaliknya, orang-orang neurotis
dilumpuhkan oleh persaan malu atau perasaan salah atas kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan mereka, begitu di hantui sehingga mereka mengalihkan
waktu dan energi dari hal-hal yang lebih konstuktif.
3. Bertidak secara
spontan dan alamiah, tidak dibuat-buat
Pengaktualisasian diri bertingkah laku
secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Kita dapat mengatakan bahwa
orang-orang ini bertingkah laku secara kodrati yakni sesuai dengan kodrat
mereka.
Dalam situasi dimana ungkapan perasaan
yang wajar dan jujur dapat menyakitkan orang lain, atau dimana hal tersebut
tidak penting, maka untuk sementara mereka mengekang persaaan-perasaan itu.
Jadi, mereka tidak sengaja menjadi tidak konvensional atau memberontak, mereka
tidak mau mencari kesenangan dalam mencemoohkan dengan sengaja aturan-aturan
dan adapt-adat social. Akan tetapi dalam situasi di mana menaruh hormat kepada
kebiasaan social mengganggu apa yang dianggap penting oleh orang-orang yang
sehat, mereka tidak ragu menentang kebiasaan tersebut. Lagi pula mereka sendiri
adalah wajar dan sederhana, merasa yakin dan aman, serta tidak konvensioanal
dengan tidak bersikap agresif dan memberontak.
4. Memusatkan pada
masalah-masalah bukan pada perseorangan
Orang yang mengaktualisasikan diri
mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwq pekerjaan itu tentu saja cocok
untuk mereka. Pekerjaan mereka adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan; tentu,
sesuatu yang harus mereka lakuakn tidak semata-mata suatu pekerjaan untuk
mendapat penghasilan.
Mereka tidak melakukan pekerjaan untuk
mendapatkan uang, popularitas atau kekuasaan, tetapi karena pekerjaan itu
memuaskan metakebutuhan. Menantang dan mengembangakan kemampuan-kemempuan
mereka, menyebabkan mereka bertumbuh sampai pada tingkat potensi mereka yang
paling, dan membantu merumuskan pengertian mereka tentang diri mereka siapa dan
apa.
5. Memiliki kekuasaan
dan tidak bergantung pada orang lain
Orang-orang yang mengaktualisasikan
diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Mereka
tidak tergantung pada orang-orang lain untuyk kepuasan mereka dan dengan
demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah. Tingkah laku dan
perasaan meeka sangatt egosentris dan terarah kepada dir mereka sendiri.
Sebaliknya, orang-orang neuorotis
biasanya snagat emosional tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan
dimana mereka tidak mampu menghasilkan untuk diri mereka.
6. Memiliki ruang
untuk diri pribadi
Pengaktualisasian diri untuk berfungsi
secara otonom terhadap lingkungan social dan fisik. Kepribadian-kepribadian yang
sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi menaklukan
mereka, agak tidak mempan terhadap krisis atau kerugian. Kemalangan-kemalangan
yang dapat mengahncurkan orang-orang yang sehat mungkin hamper tidak dirasakan
oleh mereka. Mereka mempertahankan suatu ketenangan dasar di tengah apa yang
dilihat oleh orang-orang yang kurang sehay sebagai malapetaka.
7. Menghargai dan
terbuka akan pengalaman-pengalaman dan kehidupan baru
Menghargai pengalaman-pemgalaman
tertentu bagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan
kenikmatan yang segar, perasaan terpesona dan kagum. Suatu pandangan yang bagus
atau menyegarkan terhadap dorongan setiap hari untuk bekerja. Sebagai
akibatnya, mereka merasa kurang pasti, tetapi senantiasa berterima kasih
terhadap apa yang mereka miliki dan dapat mereka alami.
8. Memiliki
pengalaman-pengalaman yang memuncak
Dimana orang-orang yang
mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang
hebat dan meluap-luap, sama seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang
mendalam.
Maslow menunjukan bahwa tidak semua
pengalaman puncak itu sangat kuat; dapat juga ada pengalaman- pengalaman yang
ringan. Pengalaman- pengalaman yang ringan ini kadang- kadang dapat terjadi
pada kita semua. Akan tetapi individu yang lebih sehat memiliki
pengalaman-pengalaman puncak lebih sering dari pada orang- orang biasa, dan
mungkin sering kali terjadi setiap hari.
9. Memiliki identitas
sosial dan minat sosial yang kuat
Pengaktualisasian diri memiliki
perasaan empati dan afeksi yang sangat kuat dan dalam terhadap semua manusia,
juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan.. Mereka adalah anggota dari
satu keluarga (manusia) dan memiliki suatu perasaan persaudaraan dengan setiap
anggota lain dalam keluarga.
Orang- orang yang sehat mengetahui
bahwa mereka dapat mencapai hal- hal dengan lebih baik daripada orang-orang
lain dan bahwa mereka melihat dan memahamii hal- hal itu dengan lebih
jelas.mereka mungkin kerapkali merasa tertekan atau marah karena tingkah laku
orang- orang lain yang bodoh, lemah, atau kasar tetapi mereka cepat memahami
dan memaafkannya.
10. Memiliki relasi
yang akrab dengan beberapa teman
Mampu mengadakan hubungan yang lebih
kuat dengan orang- orang lain daripada orang- orang yang memiliki kesehatan
jiwa yang biasa.mereka memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang
lebih dalam, dan identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu
lain.
Meskipun orang- orang yang akrab dengan
mereka adalah kecil, namun aktualisasi diri berbudi baik dan sabar terhadap
orang- orang lain, khusunya terhadap anak- anak.mereka membenci dan kejam
terhadap orang yang kritis, congkak atau sombong.
Cinta mereka bukan cinta yang egoistic, dimana membari cinta sekurang- kurangnya sama pentingnya dengan menerima cinta dimana perhatian seseorang terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang lain adalah sebanyak perhatian terhadap pertumbuhan diri sendiri.
Cinta mereka bukan cinta yang egoistic, dimana membari cinta sekurang- kurangnya sama pentingnya dengan menerima cinta dimana perhatian seseorang terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang lain adalah sebanyak perhatian terhadap pertumbuhan diri sendiri.
11. Mengarah pada
nilai-nilai demokratis
Orang yang sehat membiarkan dan
menerima semua orang tanpa memperhatkan kelas social, tingkat pendidikan,
golongan politik atau agama, ras, atau warna kulit.mereka sangat siap
mendengarkan atau belajar dari dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu
kepada mereka.
12. Memiliki nilai-nilai
moral yang tangguh
Dapat membedakan dengan jelas antara
sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita- cita jauh lebih penting
daripada sarana untuk mencapainya.mereka juga sanggup membedakan antara baik
dan buruk, benar dan salah. Orang yang kurang sehat kerapkali bingung atau
tidak konsisten dalam hal- hal etis, terombang- ambing, atu berganti-ganti
antara benar dan salah menurut keuntungannya.
13. Memiliki rasa
humor yang tinggi
Orang-orang yang kurang sehat
menertawakan 3 macam humor, humor permusuhan yang menyebabkan seseorang merasa
sakit, humor superioritas yang mengambil keuntungan dari rasa rendah diri dari
orang lain atau kelompok dan humor pemberontakan terhadap penguasa yang
berhubungan dengan suatu situasi Oedipus atau percakapan cabul. Humor
pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bersifat filosofis, humor yang
menertawakan manusia, pada umumnya, tetapi bukan kepada seseorang yang khusus.
Humor ini kerap kali bersifat intruktif, yang dipakai langsung kepada hal yang
dituju dan juga menyimpulkan tertawa
14. Menemukan hal-hal
baru, ide-ide segar, dan kreatif
Kreatifitas merupakan suatu sifat yang
diharapkan seseorang dari pengaktualisasi- pengaktualisaasi diri mereka adalah
asli, inventif, dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian
menghasilkan suatu karya seni. Maka kreatifitas lebih merupakan suatu sikap,
suatu ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita
mengamati dan beraksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah
selesai dari suatu karya seni.
15. Memiliki
integritas tinggi yang total
Pengaktualisasi – pengaktualisasi diri
dapat berdiri sendiri atau pun otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh-
pengaruh social, untuk berpikir atau bertindak menurut cara- cara tertentu.
Akan tetapi mereka tidak terus terang menenrang kebudayaan. Daftar
kualitas-kualitas pribadi yang hebat ini mungkin tampaknya seperti suatu
pernyataan yang berlebihan atau karikatur dari kepribadian yang sangat sehat.
E. Carl Gustav Jung
Menurut Jung, Manusia
sehat adalah:
1. Memiliki integritas diri sebagai
pengungkapan diri.
2. Mampu menerima apa yang tidak
diketahui dan misterius.
3. Memiliki kepribadian yang universal.
F. Victor Frankl
Menurut Frakl, pribadi sehat adalah
pribadi yang mampu menentukan makna hidup. Frankl menentang teori tntang
kondisi manusia yang ditentukan dari isntink biologis dan konflik masa lalu
melainkan tergantung dari kebebasan individu dalam menentukan pilihan.
o
Frankl tidak menyajikan suatu daftar
dari sifat-sifat kepribadian yang sehat. Akan tetapi, secara umum dapat
dikatakan orang-orang macam apakah mereka itu :
- Mereka bebas memilih tindakan mereka sendiri
- Mereka secara pribadi bertanggung jawab terhadap tingkah laku hidup mereka dan sikap yang mereka anut terhadap nasib mereka
- Mereka tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar diri mereka
- Mereka telah menemukan arti dalam kehidupan yang cocok dengan mereka
- Mereka secara sadar mengontrol kehidupan mereka
- Mereka mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman, atau nilai-nilai sikap
- Mereka telah mengatasi perhatian terhadap diri
o
Ada beberapa sifat lain dari
kepribadian-kepribadian yang sehat, di antaranya:
- Mereka berorientasi ke masa depan, diarahkan pada tujuan-tujuan dan tugas-tugas yang akan datang.
- Komitmen terhadap pekerjaan. Salah satu cara untuk memperoleh arti dari kehidupan adalah dengan nilai-nilai daya cipta, memberi sesuatu kepada dunia, dan nilai ini dengan sangat baik diungkapkan melalui pekerjaan atau tugas seseorang.
- Kemampuan memberi dan menerima cinta. Apabila kita dicintai, kita menjadi orang yang sangat diperlukan dan tidak dapat diganti. Apabila kita mencintai, kita dapat membuat orang yang dicintai sanggup merealisasikan potensi-potensi yang belum dimanfaatkan dengan menyadarkan mereka tentang potensi mereka untuk menjadi apa.
Salah
satunya tokoh psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856 – 1939). Nama
asli Freud adalah Sigismund Scholomo. Namun sejak menjadi mahasiswa
Freud tidak mau menggunakan nama itu karena kata Sigismund adalah bentukan kata
Sigmund. Freud lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia. Saat itu Moravia
merupakan bagian dari kekaisaran Austria-Hongaria (sekarang Cekoslowakia). Pada
usia empat tahun Freud dibawa hijrah ke Wina, Austria (Berry, 2001:3).
Kedatangan Freud berbarengan dengan ramainya teori The Origin of Species
karya Charles Darwin (Hall, 2000:1).
Psikoanalisis
bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu kedokteran
dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang sangat
menggejala di Wina (Freud, terj.,1991:4). Pengaruh Jean-Martin Charcot,
neurolog Prancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan
histeria mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran (Berry, 2001:15). Sejak
itu Freud dan doktor Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang
menjadi subjek penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud
melihat ketidakruntutan keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada
yang terbelah dari kepribadian Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang
membawa Freud pada kesimpulan struktur psikis manusia: id, ego, superego dan
ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.
Freud menjadikan prinsip ini
untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia, antara lain mimpi. Menurut
Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang tidak disadari. Dalam
keadaan sadar orang sering merepresi keinginan-keinginannya. Karena tidak bisa
tersalurkan pada keadaan sadar, maka keinginan itu mengaktualisasikan diri pada
saat tidur, ketika kontrol ego lemah.
Dalam
pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun
yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa
kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak
sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur
mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:
a. Id, adalah
berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.
b. Superego, adalah
berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari
lingkungannya.
c. Ego, adalah
pengawas realitas.
Sebagai contoh adalah berikut
ini: Anda adalah seorang bendahara yang diserahi mengelola uang sebesar 1
miliar Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda: “Pakai saja uang itu
sebagian, toh tak ada yang tahu!”. Sedangkan ego berkata:”Cek dulu,
jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan
lakukan!”.
Pada masa kanak-kanak kira
dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini oleh Freud disebut
sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari pengganti jika
tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan mengisap jempolnya
jika tidak mendapat dot misalnya).
Sedangkan ego akan lebih
berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang dewasa. Di sini
disebut sebagai tahap secondary process thinking. Manusia sudah dapat
menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin
menabung misalnya). Walau begitu kadangkala pada orang dewasa muncul sikap
seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas
keinginan (menendang tong sampah karena merasa jengkel akibat dimarahi bos di
kantor misalnya).
Proses pertama adalah apa yang
dinamakan EQ (emotional quotient), sedangkan proses kedua adalah IQ (intelligence
quotient) dan proses ketiga adalah SQ (spiritual quotient).
3. Aliran
Behavioristik
Aliran
ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada
akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang
mencapai puncaknya pada tahun 1940 – 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan
sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat
dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak
digolongkan ke dalam psikologi.
Aliran
ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat
dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap
yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive
behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov
melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang
lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya.
Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air
liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging
disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu
dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak
disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response
dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
Percobaan
yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11 bulan dengan seekor
tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka dipukullah
sebatang besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget. Begitu
percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak
akan menangis begitu hanya melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu dia
menjadi takut dengan segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu
dan topeng Sinterklas.
Ini yang dinamakan pelaziman dan
untuk mengobatinya kita bisa melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman
(counterconditioning).
4. Aliran Humanistik
Aliran
ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua
aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang
rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah
Psikoanalisa dan Behaviorisme.
Salah satu tokoh dari aliran ini
– Abraham Maslow – mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya
meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah
jiwa yang lainnya bisa tetap sehat.
Salah
satu bagian dari humanistic adalah logoterapi. Adalah Viktor Frankl yang
mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut sebagai logotherapy (logos
= makna). Pandangan ini berprinsip:
a. Hidup memiliki makna, bahkan
dalam situasi yang paling menyedihkan sekalipun.
b. Tujuan hidup kita yang utama
adalah mencari makna dari kehidupan kita itu sendiri.
c. Kita memiliki kebebasan untuk
memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang kita alami bahkan dalam menghadapi
kesengsaraan sekalipun.
Frankl
mengembangkan teknik ini berdasarkan pengalamannya lolos dari kamp konsentrasi
Nazi pada masa Perang Dunia II, di mana dia mengalami dan menyaksikan
penyiksaan-penyiksaan di kamp tersebut. Dia menyaksikan dua hal yang berbeda,
yaitu para tahanan yang putus asa dan para tahanan yang memiliki kesabaran luar
biasa serta daya hidup yang perkasa. Frankl menyebut hal ini sebagai kebebasan
seseorang memberi makna pada hidupnya.
Logoterapi
ini sangat erat kaitannya dengan SQ, yang bisa kita kelompokkan berdasarkan
situasi-situasi berikut ini:
a. Ketika seseorang menemukan
dirinya (self-discovery). Sa’di (seorang penyair besar dari Iran)
menggerutu karena kehilangan sepasang sepatunya di sebuah masjid di Damaskus.
Namun di tengah kejengkelannya itu ia melihat bahwa ada seorang penceramah yang
berbicara dengan senyum gembira. Kemudian tampaklah olehnya bahwa penceramah
tersebut tidak memiliki sepasang kaki. Maka tiba-tiba ia disadarkan, bahwa
mengapa ia sedih kehilangan sepatunya sementara ada orang yang masih bisa
tersenyum walau kehilangan kedua kakinya.
b. Makna muncul ketika
seseorang menentukan pilihan. Hidup menjadi tanpa makna ketika seseorang
tak dapat memilih. Sebagai contoh: seseorang yang mendapatkan tawaran kerja
bagus, dengan gaji besar dan kedudukan tinggi, namun ia harus pindah dari
Yogyakarta menuju Singapura. Di satu sisi ia mendapatkan kelimpahan materi
namun di sisi lainnya ia kehilangan waktu untuk berkumpul dengan anak-anak dan
istrinya. Dia menginginkan pekerjaan itu namun sekaligus punya waktu untuk
keluarganya. Hingga akhirnya dia putuskan untuk mundur dari pekerjaan itu dan
memilih memiliki waktu luang bersama keluarganya. Pada saat itulah ia merasakan
kembali makna hidupnya.
c. Ketika seseorang merasa
istimewa, unik dan tak tergantikan. Misalnya: seorang rakyat jelata
tiba-tiba dikunjungi oleh presiden langsung di rumahnya. Ia merasakan suatu
makna yang luar biasa dalam kehidupannya dan tak akan tergantikan oleh apapun.
Demikian juga ketika kita menemukan seseorang yang mampu mendengarkan kita
dengan penuh perhatian, dengan begitu hidup kita menjadi bermakna.
d. Ketika kita dihadapkan pada
sikap bertanggung jawab. Seperti contoh di atas, seorang bendahara yang
diserahi pengelolaan uang tunai dalam jumlah sangat besar dan berhasil menolak
keinginannya sendiri untuk memakai sebagian uang itu untuk memuaskan
keinginannya semata. Pada saat itu si bendahara mengalami makna yang luar biasa
dalam hidupnya.
e. Ketika kita mengalami situasi
transendensi (pengalaman yang membawa kita ke luar dunia fisik, ke luar suka
dan duka kita, ke luar dari diri kita sekarang). Transendensi adalah pengalaman
spiritual yang memberi makna pada kehidupan kita.
Sumber:
- Chultz, Diane. 1991 . Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Yogya : Kanisius.
- Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Hidup. Jakarta
- Misiak, dkk. 1988. Psikologi Fenomenologi Eksistensial dan Humanistik : Suatu Survai Historis. Bandung : PT Eresco
Tidak ada komentar:
Posting Komentar