Read more: http://infosinta.blogspot.com/2012/04/cara-unik-agar-potingan-di-blog-tidak.html#ixzz2I8XvTNKR GO ON GIRL!: Stress

Minggu, 28 April 2013

Stress


Tulisan 2
Pengertian Stress


Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
  • Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor. 
  • Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
  • Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.
1.        Arti Penting Stress
Dr. Hans Selye, seorang bapak penemu teori tentang stress, mendefinisikan stress sebagai suatu respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang dibuatnya. Kebutuhan tersebut dapat berbentuk ancaman, tantangan atau setiap macam perubahan yang mengharuskan tubuh untuk beradaptasi. Stres normal ada untuk membuat penampilan dalam menjalani kehidupan ini menjadi wajar dan disebut “eustress”, namun kalau menjadi lebih buruk disebut “distress”, jenis stress inilah menyebabkan kemarahan atau membuat kondisi sakit.
Gejala yang Umum ditemukan Pada Stress
Manifestasi gejala stress yang dapat diketahui pada umumnya dibagi dalam 4 bagian besar, yaitu :
1.Fisik : kelelahan, sakit kepala, sulit tidur/insomnia, otot kaku dan nyeri (khususnya leher, punggung dan pinggang), jantung berdebar, nyeri dada, kejang perut, mual, gemetar, ujung-ujung jari tangan dan kaki dingin, kulit wajah/muka memerah atau berkeringat dingin.
2. Psikis :
Daya ingat dan konsentrasi menurun, jiwa terasa kosong/hampa, kebingungan dan kehilangan daya untuk menikmati humor.
3. Emosional :
Cemas yang berlebihan/anxietas, depresi, pemarah, kekecewaan yang berlebihan/frustasi, kekhawatiran, ketakutan, dan kurang kesabaran.
4. Perilaku :
Kegugupan yang biasa terlihat antara lain menggigit kuku dan mengerak-gerakan kaki atau tangan tanpa tujuan, nafsu makan, minum dan merokok meningkat, cengeng, teriak-teriak, memarahi sampai melempar barang dan memukulnya.
a.     Efek-efek stress (Hans Seyle)
General Adaptation stress (GAS)
Dikemukakan oleh Hans Selye (1982)
* Menurut teori ini, stress adalah reaksi pertahanan tubuh secara keseluruhan terhadap sumber-sumber penyebab stress/stressor
* Terbagi atas 3 proses :
§  The initial alarm reaction; tubuh bereraksi terhadap tantangan/ancaman dari luar. Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stres memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun. Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan pengambilan oksigen dan meningkatnya kewaspadaan mental. Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan fight-or-flight response. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk kedalam fase resisten.
§  Resistance Stage; suhu tubuh normal, tetapi adrenalin tetap dikeluarkan (bertahan, berdaptasi) sehingga kondisi fisiologis tetap terjaga. Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Bila teratasi gejala stres menurun atau normal tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, dan kardiak output. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stresor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir yaitu fase exhaustion (kelelahan).
§  Exhaustion Stage; masa kelelahan, bila terus berlangsung akan mengakibatkan kematian. Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dan lain-lain. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stresor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut

2.        Tipe-tipe stress
Menurut Maramis, stress dapat terjadi karena frustrasi, konflik, tekanan, dan krisis.
a.     Tekanan
Tekanan merupakan sesuatu yang mendesak untuk dilakukan oleh individu. Tekanan bisa datang dari diri sendiri, misalnya keinginan yang sangat kuat untuk meraih sesuatu. Tekanan juga bisa datang dari lingkungan.
b.     Frustasi
Frustrasi merupakan terganggunya keseimbangan psikis karena tujuan gagal dicapai.
c.      Konflik
Konflik adalah terganggunya keseimbangan karena individu bingung menghadapi beberapa kebutuhan atau tujuan yang harus dipilih salah satu
d.     Kecemasan
Krisis merupakan situasi yang terjadi secara tiba-tiba dan yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan.

3.        Symptom reducing responses stress
a.     Respon terhadap stress menyangkut defense mechanism
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
b. Mekanisme Koping Maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.
b.     Pendekatan problem solving/ strategi coping yang spontan mengatasi stress

Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu:
a. problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
b. emotion-focused coping, dimana individumelibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yangakan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalamberbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dansejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bias dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat sepertikanker atau Aids.Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga dikenal dua strategi coping, yaitu active dan avoidant coping strategi (Lazarus mengkategorikan menjadi Direct Action dan Palliative ).
Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stres, sementara avoidant coping merupakanstrategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatuaktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Apa yangdilakukan individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk mekanismepertahanan diri yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu karena cepat atau lambatpermasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang bersangkutan. Permasalahan akan semakin menjadilebih rumit jika mekanisme pertahanan diri tersebut justru menuntut kebutuhan energi dan menambahkepekaan terhadap ancaman.

Sumber:
·    Schuler, E. (2002). Definition and Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks: Sage.
·     LePine, J dkk. (2004). Challenge and Hindrance Stress: Relationships with Exhaustion, Motivation to Learn, and Lerning Performance, Journal of Applied Psychology, Oktober. hal. 883-891
·       Hawari, D. (2001). Stress, cemas dan depresi. Jakarta: fakultas kedokteran Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar